Tsunami Aceh: Desember Kelabu di Tanah Rencong

Tim Siyasah
25.12.15
Last Updated 2015-12-26T07:10:08Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates


26 Desember 2004: Pukul 7.59
Waktu setempat, gempa berkekuatan 9,1 sampai 9,3 skala Richter mengguncang dasar laut di barat daya Sumatra, sekitar 20 sampai 25 kilometer lepas pantai.  Hanya dalam beberapa jam saja, gempa disusul gelombang tsunami dari gempa itu. Kerusakan terparah dan korban meninggal terjadi di kawasan pesisir Aceh. Lebih dari 130.000 warga meninggal dunia. Selain Aceh tsunami juga melanda kawasan Khao Lak di Thailand dan sebagian Sri Lanka serta India.


27 Desember 2004
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan tsunami di Aceh sebagai bencana kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi. Bantuan internasional mulai digerakkan menuju kawasan bencana.

30 Desember 2004
Sekretaris Jendral PBB saat itu, Khofi Annan, menyebut jumlah korban sedikitnya 115.000 orang tewas. Jerman mengirim pesawat militer yang berfungsi sebagai klinik darurat ke kawasan bencana. Militer Jerman Bundeswehr dikerahkan untuk membantu korban bencana.

31 Desember 2004
Indonesia dinyatakan sebagai kawasan bencana tsunami terparah. Pemerintah Indonesia menyebut korban tewas akan melebihi 100.000 orang.

1 Januari 2005
Kapal induk Amerika Serikat "USS Abraham Lincoln" tiba di perairan Sumatra untuk membantu evakuasi korban dan penyaluran bahan bantuan. Helikopter Amerika Serikat dikerahkan dari kapal induk untuk membagikan bahan bantuan terpenting ke kawasan bencana di Aceh.

2 Januari 2005
Masyarakat internasional menjanjikan bantuan untuk kawasan bencana tsunami senilai 2 miliar US$.

4 Januari 2005
PBB menyatakan jumlah korban lebih banyak dari perkiraan semula, sedikitnya 200.000 orang tewas.

5 Januari 2005
Eropa memperingati korban tsunami dengan aksi mengheningkan cipta di berbagai kota besar dan dalam sidang parlemen. Jerman menyatakan sekitar 1.000 warganya yang sedang berwisata di Asia Tenggara hilang. Pemerintah Jerman memutuskan bantuan senilai 500 juta Euro untuk bantuan kemanusaiaan dan pembangunan kembali di kawasan bencana.

14 Maret 2005
Indonesia dan Jerman mulai membangun sistem peringatan dini tsunami. Perangkat teknisnya merupakan sumbangan Jerman kepada Indonesia, senilai 40 juta Euro. Sistem itu dikenal sebagai GITEWS (German Indonesian Tsunami Early Warning System). Tahun 2008 dikembangkan menjadi InaTews (Indonesia Tsunami Early Warning System).

19 Maret 2005
Sekitar 380 tentara Jerman yang bertugas di kawasan bencana kembali ke pangkalannya. Selama bertugas, mereka merawat sekitar 3.000 pasien korban bencana. Masyarakat Jerman mengumpulkan sumbangan bencana Tsunami senilai 670 juta Euro.
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl