MASJID Tuha Bugeng (Meuseujid Tuha Bugeng), Peudada, Bireuen memiliki nilai sejarah tinggi. Selain motif, kubah masjid juga peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam.
Ketua SILA Muammar Al Farisi dalam ekspedisi sejarah tim SILA ke sekitar kawasan Peudada menjelaskan, Peudada merupakan sebuah peradaban lama yang tercatat dalam literatur sejarah Aceh. Tome Pires (1468 M -1540 M) mencatat kawasan Peudada sebagai kerajaan dan pelabuhan penting dalam rute pelayarannya.
"Pires mencatat terdapat beberapa Kerajaan di Aceh yaitu Lambri (Lamuri), Bihar (biheu), Pidier (Pidie), Aer Labu (Ie Leubeu), Pirada (Peudada), Samudera (Samudera Pasai) dan lainnya, " jelas Muammar Al Farisi, April 2024.
Masjid ini masih terlihat menggunakan motif era Kesultanan Aceh Darussalam, dan juga menggunakan kubah era Kesultanan Aceh Darussalam.
Ketika memasuki masjid maka didepan terdapat inkripsi Bahasa Arab bertuliskan Kalimat Tauhid, dan ayat Al Qur'an Surah As Shaff ayat 13 yang berbunyi Nashrun min Allah wa fathun qarib, artinya pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya).
Kemudian ada inkripsi surat At Taubah ayat 18, yang artinya Sesungguhnya yang (pantas) memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, mendirikan shalat, menunaikan zakat, serta tidak takut (kepada siapa pun) selain Allah. Mereka itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Kemudian ada juga Inkripsi dalam bahasa Arab Surat At Taubah Ayat 128-129, artinya: "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung,".
Inkripsi bahasa arab ini menunjukkan betapa kuatnya nilai pembangunan mesjid sebagai media dakwah Islam pada zaman Kesultanan Aceh.
Menurut informasi mesjid ini di bangun pada tahun 1900 M. Namun melihat bentuk ornamen dalam mesjid yang berbentuk motif bungong dan puta taloe sambong khas periode abad 16 M sampai abad 18 M, nampaknya Mesjid Tuha Bugeng ini mesjid yang dibangun jauh lebih lama lagi, bahkan jauh sebelum kedatangan Belanda ke Aceh.
Pola dan bentuk bangunan lebih mirip dengan mesjid periode awal terbentuknya Kesultanan Aceh Darussalam.
"Perlu penelitian lebih mendalam dan komprehensif tentang Masjid Tuha Bugeng, dan perannnya dimasa lalu melalui catatan manuskrip dan lain-lain, sebagai bagian pembelajaran sejarah Aceh", tutup Ketua SILA.(tim)
.png)


