Kawasan Rawan Banjir Aceh Utara Butuh Shelter

Tim Siyasah
17.5.24
Last Updated 2024-05-26T10:03:50Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates


LHOKSUKON, SIYASAHNews | Sejumlah desa di Kecamatan Matang Kuli, Aceh Utara rawan bencana banjir. Salah satunya Desa Pante Pirak, selain sering banjir juga sulit dijangkau untuk evakuasi karena berada di pedalaman.

Kepala Desa Pante Pirak Muhammad Ali, Jumat (17/05/2024) menjelaskan, desanya yang dilintasi Sugai Keureuto sering dilanda banjir. Sungai dangkal akibat sedimen. Air juga mudah meluap karena tidak terhalang tanggul. "Karena tidak ada tanggul sungai untuk penghalang, saat air meluap tumpah ke desa kami," ungkapnya.

Air sungai sering keluar, ketika terjadi hujan di kawasan hulu Keureuto. Dulu kondisi seperti ini kerap terjadi pada akhir tahun. Namun dalam beberapa tahun terakhir, bajir juga melanda pada awal dan pertengahan tahun. "Ya, sudah sangat sering terjadi banjir," jelasnya. Bahkan ketika kawasan lain di lintasan Sungai Keureuto normal, Desa Pante Pirak malah terjadi banjir luapan.

Saat air sungai meluap, pemukiman warga Pante Pirak tergenang sanpai beberapa meter. Peralatan rumah tangga ikut tergendang tidak sempat terselamatkan. "Bahkan tidak jarang ketinggian air mencapai ukuran dada orang dewasa,” tambah Muhammad Ali.

Warga Butuh Shelter

Ketika banjir melanda Desa Pante Pirak, warga terpaksa mengungsi ke menasah (surau). Menasah yang biasanya sebagai tempat shalat berjamaah, dijadikan tempang tidur dan memasak para pengungsi, untuk menghindari banjir. "Ya, bagaimana lagi, karena hanya di sini (menasah) satu-satunya tempat yang tinggi," jelas Muhammad Ali kembali.

Menurutnya ketika terjadi banjir, warga saling membantu untuk mengevakuasi dan menyelamatkan barang-barang. Posisi desa di pedalaman, mengakibatkan bantuan dari luar desa sering datang terlambat. Dengan menggunakan rakit perahu dari drum bekas, mereka mengangkut barang yang dibutuhkan di pengungsian.

Muhammad Ali menambahkan, warga sangat membutuhkan tempat untuk mengungsi ketika banjir. Mereka mengharapkan pemerintah membangun shelter, sehingga bisa menyelamatkan diri ketika banjir. "Kalau ada tempat pengungsi khusus (shelter), kami tidak perlu lagi memasak di menasah," ujarnya.

Selain itu, warga juga mengharapkan pemerintah membatu melakukan normalisasi sungai. Menurut warga, dulu pernah dilakukan pembersihan sungai, sehingga air mudah mengalir. Ketika itu banjir juga tidak terlalu tinggi, sehingga tidak perlu mengungsi.(Tim)

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl