ACEH UTARA-Tiga tahun
Pemerintah RI memberi izin impor barang melalui Pelabuhan Krueng Geukueh,
kegiatan di pelabuhan masih sepi. Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi
Mahasiswa Peduli Rakyat (AMPR), menuntut Bupati Aceh Utara bahas permasalahan
Pelabuhan Umum Krueng Geukueh.
Diantara tuntutan
mahasiswa melalui aksi demo Rabu (20/1), mendesak pemerintah Aceh untuk menghidupkan ekonomi rakyat. Dalam
aksi unjuk rasa di Kantor Bupati Aceh Utara dan Kantor Bea Cukai Lhokseumawe, mereka
menilai, Pemkab Aceh Utara selama ini mengabaikan permasalahan di pelabuhan.
Mereka juga meminta agar
kegiatan impor ekspor tidak dipersulit. Untuk membuktikan keseriusan pemerintah
daerah, mahasiswa mendesak bupati menandatangani petisi. Dalam petisi tersebut
ditegaskan, Bupati Aceh Utara bersedia dalam waktu dekat mengundang pihak Bea Cukai,
DPRK, Pelindo, cendikiawan, pelaku ekspor-impor dan mahasiswa untuk
membicarakan permasalahan pelabuhan. Bupati Aceh Utara melalui Asisten Ekonomi
Pemkab, Abdul Aziz mendukung penuh permintaan mahasiswa. “Kita siap menandatangi
petisi, sebagai bukti dukungan serius,” tegas Abdul Azis.
Aksi demo juga dilakukan
di Kantor Bea Cukai Lhokseumawe. Kepala Bea Cukai Lhokseumawe, Abdul Haris menyambut
lansung aksi mahasiswa. Kepada Kepala bea cukai para pengunjuk rasa
mengungkapkan tudingan importir lokal yang menuduh bea cukai diskriminasi dalam
memberikan pelayanan kepada importir.
Kepala
Bea Cukai, Abdul Haris menjelaskan, bahkan pihaknya sudah mengecek keberadaan
importir yang mengaku mengalami diskriminasi. Menurut dia, ternyata importir
tersebut tidak pernah melakukan kegiatan impor di pelabuhan Krueng Geukueh.
Sehingga tudingan itu dinilai tidak beralasan.***