Jembatan lintasan Aceh Utara-Aceh Timur di Desa Seuneubok Doe,
pesisir Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara merupakan salah satu
infrastruktur yang rusak akibat konflik. Meskipun konflik telah berakhir, usia perdamaian memasuki 10 tahun, namun kerusakan fasilitas umum berlum semuanya tertangani
Jembatan yang
menghubungkan Gampong Seuneubok Doe (Aceh Utara) dengan Meunasah Asan (Aceh
Timur), setiap hari dilintasi puluhan warga. “Petani tambak dari Aceh Timur
menyeberang ke Aceh Utara melalui jembatan ini.,” kata Geusyik Seuneubok Doe, Rusli Katem. Selain itu, siswa SMA Negeri-3
Tanah Jambo Aye dari Aceh Timur juga menyeberang jembatan.
Sedangkan warga pesisir
Tanah Jambo Aye, juga memanfaatkan jembatan untuk bisa menjangkau lahan sawah
dan tambak di Aceh Timur. Diantara warga Aceh Utara yang sering melintasi
jembatan tersebut, dari Seuneubok Doe, Rantau Panyang, Menasah Dayah, dan sejumlah gampong lainnya.
Menurut Rusli Katem,
warga sudah berkali-kali mengusulkan pembangunan jebatan melalui musyawarah
rencana pembangunan (Musrembang) kecamatan. Namun, pembangunannya tidak pernah
terealisasi. “Bahkan Ketua DPRA sekarang, juga pernah meninjau langsung ke
lokasi jembatan,” tambahnya. Tetapi anggaran untuk pembangunan jembatan tidak
pernah dikeluarkan.
Kondisi jembatan saat
ini, memprihatinkan. Warga hanya memasang pohon pinang untuk tiangnya.
Sementara untuk lantai jembatan, mereka memasang kayu yang sudah mulai lapuk.
Menurut informasi warga sekitar jembatan, sudah beberapa kali warga jatuh
ketika melintasi jembatan. Bahkan seorang petani Seuneubok Doe ditemukan
meninggal dunia, karena terjatuh ketika melintasi jembatan pada malam hari.
Sementara H.Azhar,52, dari Rantau Panyang meminta pemerintah daerah segera membangun kembali jembatan yang rusak sejak 10 tahun lalu. Dia bersama warga lainnya, mengaku sudah bosa menyampaikan usulan, baik melalui Musrembang maupun proposal. Dewan dan bupati, harus segera turun ke lokasi agar bisa melihat sendiri kebutuhan warga.***