Kerusakan lingkungan akibat narkoba

Tim Siyasah
11.10.20
Last Updated 2020-12-16T12:42:04Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates


TERNYATA narkoba bukan hanya membinasakan tubuh manusian, namun juga meusak lingkungan. Deutsche Welle, baru-baru ini melansir, kebun ganja dan opium telah menyebabkan keringnya sungai, hutan tropis menjadi gundul. "Lingkungan membayar mahal untuk produksi obat-obatan ini," tulis Deutsche Welle dari Jerman.

Bisnis obatan-obatan jenis narkoba sedang berkembang pesat di sejumlah negara. Kondisi itu, ternyata selain merusak tubuh manusia juga berdampak buruk terhadap buruk lingkungan. Berikut beberapa dampak negatif dari narkoba yangh dirangkum DW Jerman.

Lapar Energi

Upaya pembudidayaan ganja di rumah kaca yang dilengkapi dengan pengaturan cahaya, ventilasi, dan suhu optimal, menghabiskan banyak energi. Produksi ganja di AS, diperkirakan telah menyumbang sekitar 1 persen dari total konsumsi energi negara itu.

"Dalam satu tahun, sekitar 15 juta metrik ton karbon dioksida dilepas ke udara di Amerika Serikat sebagai hasil produksi ganja dalam ruangan, setara dengan emisi tahunan dari 3 juta mobil," sebut sebuah laporan dari Universitas California. Artinya, satu produk ganja punya jejak karbon yang hampir setara dengan sekitar 3 kilogram kentang.

Perparah kekeringan di California

Tanaman ganja membutuhkan air dua kali lebih banyak daripada tomat atau anggur.  Budidaya ganja dalam skala besar membutuhkan air sebanyak 22 liter per hari per tanaman. Kultivasi (pengolahan lahan) tanaman ini memperparah kekeringan di kawasan itu selama musim kemarau. 

Babat hutan untuk tanam koka

Sejak tahun 2001, lebih dari 300.000 hektar hutan telah dibabat untuk budidaya tanaman koka yang menghasilkan kokain di Kolombia. Karena wabah corona, kecepatan laju pembabatan hutan untuk sementara menurun. Namun Paulo Sandoval, ahli geografi di Universitas Oregon, mengatakan kepada DW bahwa sebenarnya produksi koka tetap mencapai angka yang sama dengan yang terjadi 20 tahun lalu.

Berbekal data satelit terbaru, Sandoval menunjukkan bahwa di wilayah Amazon di Kolombia saja, saat ini dibudidayakan sekitar 50.000 hektar tanaman koka. Setengah dari jumlah ini berada di cagar alam yang menjadi rumah bagi keanekaragaman spesies. Sandoval juga menegaskan bahwa perkebunan yang dia survei hanya mencakup 20 persen dari total area budidaya koka.

Perangi narkoba, tapi lingkungan rusak

Pemerintah Kolombia menggunakan strategi perangi narkoba, dengan mengerahkan pesawat untuk menyemprot herbisida glifosat berkonsentrasi tinggi ke perkebunan koka.  

Ternyata, metode ini secara efektif menghancurkan banyak perkebunan koka, tetapi juga merusak hutan dan lahan pertanian di sekitarnya. Elizabeth Tellman, ahli geografi di Institut Bumi Universitas Columbia, New York, mengatakan bahwa pendekatan ini merugikan lingkungan. 

Pestisida dosis tinggi dan air tanah turun drastis

Dari Afghanist  dilaporkan, selain menyedot air tanah secara besar-besaran, para petani opium di sana juga menggunakan pupuk kimia dan pestisida dosis tinggi untuk mengendalikan gulma. 

Uji air tanah menunjukkan bahwa kadar nitrat di daerah ini jauh lebih tinggi daripada kadar yang dianggap aman. Ini dapat meningkatkan risiko sindrom bayi biru (blue-baby syndrome) yang menyebabkan cacat jantung dan kematian pada bayi yang baru lahir. Mansfield memperingatkan bahwa jika air di wilayah itu pada akhirnya habis, sejumlah besar orang akan terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka, memicu eksodus massal.***

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl