JAKARTA | Kekeringan dan musibah banjir sama-sama mengancam stok beras di Tanah Air. El Nino dinsinyalir penyebab gagal panen di sejumlah daerah.
Seperti laporan DW Indonesia, dari Ngawi, Jawa Timur, Selasa (9/4/2024). Paramita Endah W, salah seorang petani di Ngawi, Jawa Timur, mengungkapkan bahwa El Nino menjadi salah satu penyebab gagal panen di tempatnya.
Sebelumnya, pada Pebruari lalu Presiden Joko Widodo menjelaskan tentangan El Nino sebagai penyeban harga beras tinggi. "Kenapa harga beras naik? Karena ada perubahan musim, ada El Nino, dan itu dialami bukan hanya negara kita, tetapi juga negara lain mengalami hal yang sama," ungkap Presiden Jokowi kepada perwakilan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Gudang Bulog Batangase, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, dikutip dari Antara.
Paramita Endah W, salah seorang petani di Ngawi, Jawa Timur, lebih detil menjelaskan tentang kondsi ini. "Kemarin-kemarin memang kering sekali, panas. Jadi butuh air lebih banyak dan lebih sering pengairannya," katanya kepada DW Indonesia.
"Nah di sini itu, irigasinya tidak ada, bukan irigasi total tapi sumur. Kalau tidak punya sumur, ya airnya harus beli."
Selain dampak langsung, berbagai fenomena iklim dan pemanasan global yang terjadi saat ini, diakui Mitha - sapaan akrabnya - tak cuma berpengaruh pada peningkatan cuaca. Efeknya juga akan berpengaruh pada meningkatnya ‘perawatan' padi untuk mencegah gagal panen.
"Ya kan setiap hari butuh air, terutama pas lagi tanam sama pas lagi mulai garap sawah. Kalau pas lagi cuacanya kering banget butuh air lebih. Beli air terus. Soalnya beli air itu per jam dan harus gantian dengan petani lainnya. Sawah tanpa punya sumur itu susah."
Menurutnya, saat ini, air sumur dipompa dengan menggunakan pompa celup sibel. Untuk mendapatkan air, petani di areanya harus membayar 8 ribu rupiah per jam. Untuk mengairi sawah biasanya butuh waktu sekitar 5 jam. Di musim kering, air yang dibutuhkan akan lebih banyak.
Setelah dilanda kekeringan sebagai akibat El Nino di tahun 2023, Mitha juga mengatakan, kini banjir mengancam sawahnya dan petani-petani lain di Jawa Timur.
"Kebanjiran di sini. Banyak (padi) yang rubuh kena banjir karena kena arusnya itu kan. Tidak gagal semua sih, cuma yang kena banjir dan rubuh, pasti gagal panen."
Saat ini Mitha mengaku kalau dia menanam padi dengan varietas Cibatu yang disebut tahan rebah. Mitha juga mengaku kalau dia sering menanam padi varietas lainnya yang disebut-sebut tahan kering.(Tim)
.png)

