![]() |
Nelayan Aceh Utara memperbaiki alat tangkap tradisional |
MENCARI penghasilan
di laut, bagi warga pesisir Aceh Utara, tidak mudah. Mengandalkan alat tangkap tradisional,
sering tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan, kebutuhan membengkak
akibat kawasan pesisir sering luput dari perhatian pengambil keputusan.
Begitulah sekelumit
perasaan hati nelayan tradisional di Aceh Utara. Warga Kuala Keureuto Barat,
Kecamatan Samudera misalnya. Dengan alat tangkap sederhana, belum mampu
mengasapi dapur dari hasil laut. Lebih menyidihkan 47 keluarga di sana tidak
tercatat sebagai penerima beras miskin, sehingga soal makan sering menjadi
masalah harian.
“Hasil melaut
sedikit, sawah untuk tanaman padi tidak ada. Sekarang beras raskin juga tidak
diberikan,” demikian ungkap Geusyik
(kepala desa) Kuala Keureuto Barat, Abdullah beberapa waktu lalu. Dari 47 kk
warga di sana, hanya enam keluarga mendapatkan beras bantuan.
Nasib nelayan
Seunuddon juga tidak jauh berbeda.
Ketika terjadi tsunami, warga asing telah membantu mereka. Namun sejumlah
bantuan penting, tidak bisa difungsikan sebab kemampuan pemerintah daerah
terbatas.
Fasilitas air
bersih bantuan LSM asal Belanda Cordaid, tidak difungsikan
PDAM Tirta Mon Pase. “Sehingga kami harus membeli air bersih sampai Rp6000
setiap galon,” kata Panglima Laot Seunuddon, Amir Yusuf.
Mereka juga sering kesulitan mendapat solar untuk bahan
bakar boat. Padahal, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias telah
membantu SPBN. “Sampai sekarang SPBN tidak menyediakan solar,” ungkapnya lagi.
Begitu juga dengan pabrik es bantuan organisasi pangan
dunia (FAO). Karena perusahaan daerah tidak mampu mengoperasikan pabrik,
sehingga bantuan asing itu juga terlantar. “Pokohnya, penghasilan kami sedikit,
pengeluaran banyak,” kata Amir.
Kawasan pesisir
yang masih dihuni nelayan tradisional, Kecamatan Muara Batu, Dewantara,
Syamtalira Bayu, Samudera, Tanah Pasir, Lapang dan Kecamatan Seunuddon. “Pemkab
Aceh Utara, sedang berusaha mengurangi kemiskinan di kawasan pesisir,” ungkap Kepala
Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Aceh Utara, Ir.Zulkifli Yusuf, Rabu (16/7). Kemiskinan
warga pesisir Aceh Utara, tambah dia, akibat penghasilan mereka masih rendah.(Zainal
Abidin)