Pakar Pendidikan Sampaikan Masukan Dalam RDP Panja Biaya Pendidikan Komisi X DPR RI

Tim Siyasah
20.6.24
Last Updated 2024-06-20T10:49:37Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi saat RDP Panja Biaya Pendidikan di ruang rapat Komisi X DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (20/6/2024). Foto: Jaka/vel

JAKARTA, SIYASAHNews | Tiga pakar pendidikan menyampaikan masukan dan saran terkait biaya pendidikan kepada panitian kerja (Panja) Komisi X DPR RI. Panja mengundang tiga pakar pendidikan, Prof. Didik J. Rachbini, M.Sc., Ph.D (rektor Universitas Paramadina), Prof. Dr. H. Nanang Fattah, M. Pd. (UPI Bandung), dan Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D (Yarsi).

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi menyampaikan apresiasi terhadap masukan dari ketiga narasumber yang disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Panja Biaya Pendidikan. 

“Masukan dari Ketiga narasumber itu bagus sekali, semakin terbuka. Karena biasanya kita bicara tentang pendidikan itu hanya yang ada di Kementerian Pendidikan, seperti tentang kurikulum, bicara tentang beasiswa, sarana dan prasarana. Tapi tadi ketiga narasumber kita menjelaskan bagaimana bahayanya kita jika tidak inves yang namanya human capital. Dimana Index human capital kita terendah di beberapa negara di Asia,” ujar Dede usai RDP Panja Biaya Pendidikan di ruang rapat Komisi X DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (20/6/2024).

Itu artinya, lanjut Politisi Fraksi Partai Demokrat ini, akan berdampak pada produktivitas generasi ke depan, yang hanya 52%. Itu artinya kita akan kalah jauh dengan berbagai negara lainnya dalam melakukan kompetisi nantinya.

Menurut Dede, yang menyebabkan semua itu karena tidak fokusnya dukungan negara terhadap pendidikan. Pendidikan bukan hanya sekedar sekolah, tetapi mencari outputnya, tentang kemampuan siswa dalam mengolah pikirannya, adabnya, karakternya dan kemampuan sosial lainnya. Itu semua dimulai sejak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sampai perguruan tinggi.

Itu semua, kata Dede, terkait dengan biaya pendidikan yang memang tidak ada yang murah. Menurutnya ilmu itu ada biaya, maka harus ada pengorbanan. Menjadi murah karena ada subsidi negara di dalamnya. Tetapi itu belum cukup, tapi karena yang ditanggung Negara hanya tiga puluh persen, sementara sisanya, 70 persen ditanggung oleh orang tua atau keluarga.

“Bagaimana kedepannya agar intervensi negara lebih besar lagi melalui anggaran pendidikan. Karena dari anggaran pendidikan itu, ternyata ada anggaran yang lebih besar yang dialokasikan oleh Kementerian Keuangan untuk biaya pendidikan ada di kementerian/lembaga lain dalam posisi idle . Artinya ada 100 triliun anggaran pendidikan yang tidak terpakai. Padahal sejatinya hal itu bisa digunakan untuk membiayai pendidikan tingga dan PAUD, sehingga pendidikan tidak berbiaya mahal,” paparnya.

Karena itulah pihaknya bersyukur dibentuknya Panja Biaya Pendidikan ini. Sehingga bisa melihat, mendalami, dan memfokuskan semuanya terkait biaya pendidikan di negeri ini. Serta mana yang harus diperbaiki dan ditingkatkan. Hingga hasil dari Panja ini akan diserahkan ke pihak pemerintah dalam bentuk rekomendasi.(dpr.go.id)

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl