![]() |
DI ruang-ruang kelas, di sudut-sudut sekolah yang setiap hari menjadi saksi perjalanan ilmu, kini sedang tumbuh semangat baru. Ratusan guru berkumpul, bukan sekadar untuk mendengar ceramah atau mencatat materi, melainkan untuk belajar kembali bagaimana menjadi pendidik sejati.
Sejak 19 hingga 22 Agustus 2025, Komunitas Belajar (Kombel) digelar oleh Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Aceh Utara. Sebanyak 192 guru terhimpun, tersebar dalam enam kelas di lima titik berbeda: SMAN 1 Syamtalira Bayu, SMAN 1 Samudra, SMAN 3 Putra Bangsa Lhoksukon, SMKN 1 Lhoksukon, hingga Aula Cabdin Aceh Utara.
Kepala Cabang Dinas, Muhammad Johan, membuka kegiatan ini dengan sebuah harapan: agar para guru tidak berhenti belajar, agar ilmu tak pernah berhenti mengalir.
Di balik pertemuan ini, ada niat yang lebih dalam. Kombel bukan sekadar forum formalitas, melainkan wadah untuk mengasah pedagogik dan profesionalisme, menyalakan obor kreativitas, serta menumbuhkan kolaborasi.
Menyulam Ilmu, Menyulam Jiwa
Materi yang dibawa para narasumber sungguh berwarna. Ada yang mengajarkan teknik konseling dan motivasi, ada yang membekali guru dengan tujuh jurus bimbingan konseling bagi wali kelas, hingga pola pikir bertumbuh agar guru tidak terjebak pada rutinitas lama.
Dari perencanaan co-kurikuler, Rencana Pelaksanaan Modul (RPM), pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam pembelajaran, hingga desain pembelajaran berbasis STEM, semuanya diarahkan pada satu tujuan: bagaimana guru mampu menghadirkan kelas yang hidup, menyenangkan, dan bermakna.
Nama-nama seperti Hetti Zuliani, Novana Asniyanti, Rika Syufrina, Tabligh Diniyati, Yenni Ernita, Wilza Febrizal, hingga Qusthalani, hadir bukan sekadar sebagai pemateri, tetapi sebagai penggerak, penyalur semangat.
Lebih dari Sekadar Ilmu
Namun Kombel bukan hanya soal materi. Di sana ada harapan-harapan yang terucap lirih, seperti doa.
Harapan agar kegiatan ini berdampak nyata pada kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Harapan agar guru semakin melek teknologi dan berani berinovasi.
Harapan agar tumbuh budaya belajar bersama yang kolaboratif, hingga tercipta iklim sekolah yang positif, tempat guru dan murid merasa saling membutuhkan dan bertanggung jawab satu sama lain.
Kombel adalah ruang perjumpaan. Ruang di mana olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga dijahit dalam satu tarikan benang, menjadi tenun holistik pendidikan.
Di akhir kegiatan, mungkin tidak ada pesta meriah atau tepuk tangan panjang. Tetapi ada sesuatu yang jauh lebih penting: percikan semangat yang lahir di hati para guru. Percikan itu kelak akan menyala di ruang-ruang kelas, menyalakan api belajar di mata murid-murid, dan perlahan, menyinari masa depan Aceh Utara.(Cekdin Pase)